Django, Negro Pembantai Kulit Putih
Judul Film :
Django Unchained
Genre :
Western, Action
Bahasa :
Inggris, Jerman
Produser :
Reginald Hudlin, Stacy Sher, Pilar Savone
Sutradara :
Quentin Tarantino
Penulis Script : Quentin Tarantino
Sinematografi: Robert
Richardson
Pemeran : Jamie Foxx (Django),
Christoph
Waltz (Dr. King Schultz), Leonardo
DiCaprio (Calvin J. Candie), Kerry Washington (Broomhilda
Von Shaft), Walton Goggins (Billy
Crash), Don Johnson (Spencer
'Big Daddy' Bennett), Samuel L. Jackson (Stephen), Laura Cayouette (Lara
Lee Candie-Fitzwilly), Dennis Christopher (Leonide
Moguy), Cooper Huckabee (Roger
'Little Raj' Brittle), Doc Duhame (Ellis Brittle), M. C. Gainey (Big
John Brittle), Tom Savini (Tracker
Cheney), Bruce Dern (Curtis
Carrucan), James Russo (Dicky
Speck), James Remar (Ace
Speck/Butch Pooch), Tom Wopat (Marshall
Gill Tatum), Misty Upham (Minnie),
Michael Bacall (Smitty
Bacall), Robert Carradine (Tracker
Lex), Rex Linn (Tennessee
Harry), Ned Bellamy (Wilson),
Franco Nero (Amerigo
Vassepi), Sharon Pierre-Louis (Little
Jody), Michael Parks, Jonah Hill (Randy
(Bag Head #2))
Durasi :
165 menit
Tahun Rilis :
25 Desember 2012
Penghargaan :
-
American Film Institute Awards 2012 - Top
Ten Movies of the Year - Django Unchained (Menang)
-
Boston
Society of Film Critics 2012
- Best
Supporting Actor - Christoph Waltz (Nominasi)
-
Broadcast
Film Critics Association 2013
- Best Original
Screenplay - Quentin Tarantino (Menang), Best Picture
- Django Unchained (Nominasi)
-
Chicago Film
Critics Association 2012 - Best Original Screenplay - Quentin
Tarantino (Nominasi), Best Supporting Actor - Leonardo DiCaprio (Nominasi)
-
Penghargaan Golden Globe 2013
- Best Director
- Quentin Tarantino (Nominasi), Best Drama
Motion Picture - Django Unchained (Nominasi), Best Screenplay - Quentin
Tarantino (Menang), Best
Supporting Actor - Leonardo DiCaprio (Nominasi) - Christoph Waltz
(Menang)
-
Hollywood
Film Festival 2012 - Screenwriter of the Year - Quentin Tarantino (Menang)
-
Los Angeles
Film Critics Association 2012
- Best
Supporting Actor - Christoph Waltz (Nominasi)
-
NAACP Image Award 2013 - Outstanding
Actor in a Motion Picture - Jamie Foxx (Nominasi), Outstanding
Motion Picture - Django Unchained (Nominasi), Outstanding
Supporting Actor in a Motion Picture - Samuel L. Jackson (Menang), Outstanding
Supporting Actress in a Motion Picture - Kerry Washington (Menang)
-
National
Board of Review 2012
- Best Film
- Django Unchained (Nominasi), Best
Supporting Actor - Leonardo DiCaprio (Menang)
-
San Diego
Film Critics Society 2012
- Best
Cinematography - Robert Richardson (Nominasi), Best Original
Screenplay - Quentin Tarantino (Nominasi), Best Picture
- Django Unchained (Nominasi), Best
Supporting Actor - Christoph Waltz (Menang)
-
St. Louis Film Critics
2012 - Best Cinematography - Robert Richardson (Nominasi), Best Directorm
- Quentin Tarantino (Nominasi), Best Lead
Actor - Jamie Foxx (Nominasi), Best Music - Django Unchained (Menang),
Best Original
Screenplay - Quentin Tarantino (Nominasi), Best Film
- Django Unchained (Nominasi), Best Scene - Django Unchained (Menang),
Best
Supporting Actor - Christoph Waltz (Menang)
-
Washington
D.C. Area Film Critics 2012
- Best Original
Screenplay - Quentin Tarantino (Nominasi), Best
Supporting Actor - Leonardo DiCaprio (Nominasi)
Resensator :
Nur Fatimah (101211027)
Kebudayaan, inilah
yang dimunculkan dalam film Django Unchained. Budaya perbudakan manusia kulit
hitam yang penuh dengan kekejaman dan tak berperikemanusiaan. Perbudakan kulit
hitam oleh kulit putih pada tahun 1800-an di Amerika Serikat adalah hal yang
biasa.
Perdagangan budak
yang berhubungan dengan nyawa manusia untuk ditukar dengan uang. Manusia tak
ada bedanya dengan binatang. Lengkap dengan sertifikat dan tanda sah jual beli,
maka dengan mudah kepemilikan manusia bisa berpindah-pindah dari tangan satu ke
tangan lain. Perdagangan kulit hitam (Negro) adalah bisnis yang menjanjikan.
Bagaikan aset kekayaan, semakin banyak budak yang dimiliki tentu semakin kaya.
Pemiliknya boleh memperlakukan mereka dengan sesuka hati.
Kisah Django
sebelumnya pernah difilmkan oleh Sergio Corbucci, dan inilah yang menginspirasi
Tarantino. Tapi ia sama sekali tidak mengulang cerita yang sama, hanya
mengulang kesuksesan yang hampir sama. Corbucci membuka Django dengan adegan
Franco Nero yang menyeret-nyeret peti mati di atas tanah berlumpur ke sebuah
kampung untuk mencari pembunuh istrinya, sutradara Tarantino memulai dengan
sebuah adegan yang mengejutkan. Garis hitam panjang itu menampakkan diri sebagai
barisan budak Afro-Amerika yang tertatih-tatih berjalan dengan punggung
berdarah-darah bekas lecutan cambuk. Keduanya memiliki inti cerita dari kisah
yang sama, yaitu Django yang ingin membela harkat sang istri.
Perjuangan Cinta
dan Nyawa
Kisah romantika
perjuangan cinta antara Django dan istrinya Broomhilda, diawali ketika keduanya
terpisahkan setelah menikah di perkebunan Carrucan. Mereka berusaha kabur dan
pemiliknya menyiksanya serta memberi tanda “r” di pipi
Django dan istrinya. Akhirnya pemilik mereka mengirimkan keduanya ke pelelangan
budak di Greenville dan menjualnya secara terpisah atau kepada orang yang
berbeda dengan harga murah. Django dibeli oleh Speck bersaudara (Dicky Speck, Ace
Speck), dan Broomhilda dibeli oleh Calvin J. Candie dan tinggal di Candyland,
perkebunan kapas terbesar keempat di Mississippi.
Perjuangan dimulai di
Texas, tahun 1858, 2 tahun sebelum perang saudara, ketika Dr. King Schultz, Bounty
Hunter atau pemburu hadiah dari Jerman yang menukar mayat dengan uang,
membeli Django dari Speck bersaudara (Dicky Speck, Ace Speck) karena dia tahu
dan mengenali wajah Brittle bersaudara (Roger 'Little Raj' Brittle, Ellis
Brittle, Big John Brittle), yang dulunya pengawas perkebunan Carrucan, dan
sekarang menjadi gang pembunuh sadis yang diburu Schultz.
Dr. Schultz dan
Django membuat kesepakatan di Daughtery, Texas. Intinya bahwa mereka bersepakat
untuk bekerjasama menemukan Brittle bersaudara, dan jika berhasil sebagai
upahnya adalah Django diberi kebebasan sepenuhnya dan uang 27 dolar.
Perjalanan pertama mereka
menuju ke Tenessee, Gatlinburg. Untuk melancarkan aksinya, Django berubah
karakter menjadi “Valet” (pelayan). Disana mereka menemukan Brittle bersaudara
dan berhasil membunuhnya.
Mengetahui kemampuan
Django, Dr. Schultz berniat melanjutkan kerjasama mereka hingga akhir musim
dingin, dengan upah 1/3 untuk Django. Ia sepakat. Dr. Schultz juga berjanji
membantu Django menemukan istrinya, karena ia bertanggungjawab atas kebebasan
yang ia berikan.
Perburuan kedua
yaitu membunuh Smitty Bacall dan The Smitty Bacall Gang. Mereka berhasil lagi.
Setelah banyak keberuntungan, akhir musim dingin mereka turun dari gunung dan menuju
ke Mississippi untuk menyelidiki keberadaan Broomhilda, istri Django.
Mereka menemukan
kemungkinan keberadaan Broomhilda adalah di Candyland. Mereka kembali menyusun
strategi. Dr. Schultz menyamar dengan karakter sebagai pembeli dengan uang
besar dari Dusseldorf dan Django adalah ahli petarung mandingo (Eyed Charly).
Kepastian sudah
mereka dapatkan. Broomhilda (Hildi) ada di Candyland. Pertama kali Django
melihat, Hildi dalam keadaan mengenaskan. Ia masih tetap tenang.
Awalnya semua
baik-baik saja. Calvin menerima mereka dengan baik dan mulai melakukan
penawaran pada budak pertarungan Negro atau Eyed Charly. Tetapi Stephen,
asisten Calvin, mencium dan mampu membaca permainan Dr. Schultz dan Django.
Calvin marah, dan memaksa mereka membeli Broomhilda dengan harga 12.000 dolar.
Permasalahan muncul
ketika Dr. Schultz tak mau jabat tangan dengan Calvin. Calvin tetap memaksa dan
Dr. Schultz menembak Calvin. Pertempuran dimulai. Dr. Schultz tertembak dan
mati. Django berjuang sendirian dengan terus menembaki orang-orang di rumah
besar. Namun ia gagal. Stephen memberikan dua pilihan, menyerah atau Broomhilda
mati. Django memilih menyerah.
Hukuman yang
diterima Django adalah dijual ke pertambangan LeQuint Dickey Mining. Disana
terkenal dengan perbudakannya yang sangat kejam. Tak jarang Negro yang dicambuk
sampai mati, memasukkan Negro ke pertandingan Mandingo dan menjadikan Negro
makanan anjing Stonesipher.
Dalam perjalanan
menuju LeQuint Dickey Mining, karena kecerdikannya, saat istirahat di tengah
perjalanan Django kembali beraksi. Ia bernegosiasi dengan tiga orang kulit
putih yang menjaganya. Django menawarkan brosur buronan yang diberikan Dr.
Schultz. Mereka tertarik dan sepakat, dengan kuda dan senjata sebagai upah Django.
Saat senjata diterima Django, ia menghabisi tiga penjaga itu dan kembali ke
Candyland untuk menyelamatkan Broomhilda. Dengan pistol di tangannya, Django
menghabisi satu persatu orang-orang kulit putih yang selama ini menindas
orang-orang kulit hitam. Candyland hancur, dan berakhirlah film ini.
Film-film koboi di
Amerika Serikat sampai saat ini tak ada matinya. Dengan nilai rata-rata 8,2
dari 10 di situs Rotten Tomatoes, film Django Unchained mendapat respon positif
dari para kritikus film. Dengan konflik yang sebenarnya sederhana yaitu seorang
budak ingin menemukan istrinya dan menikmati kebebasan, film ini dikemas dengan
apik oleh Quentin Tarantino.
Django Unchained
bagus untuk ditonton semua kalangan kecuali anak-anak, karena ada beberapa
adegan yang belum waktunya ditonton oleh anak-anak. Kisah percintaan antara
Django dan Broomhilda, yang notabenya seorang Negro dan budak orang-orang kulit
putih, menimbulkan masalah. Tetapi, karena kegigihan perjuangan keduanya, akhirnya
film ini berakhir dengan bahagia.
Kelebihan film ini
hampir semuanya tak ada kekurangan. Apalagi ketika dibandingkan dengan
film-film Indonesia yang sejenis. Film Django Unchained cukup mewakili gambaran
kehidupan dan budaya perbudakan di Amerika Serikat. Dari segi kostum hampir
semuanya tak ada celah untuk mencari kekurangan. Satu lagi kelebihan film ini
yaitu selalu to the point dan tidak berbelit-belit. Kemampuan komunikasi
dan permainan otak, menjadi nilai tersendiri dalam film ini. Penonton tidak
disuguhi hal-hal yang datar-datar saja, tetapi diajak berfikir untuk ikut
mencari strategi atau pemecahan teka-teki disana.
Menurut saya,
kekurangan dalam film ini adalah penggambaran darah yang keluar ketika peluru
mengenai atau menembus tubuh manusia. Entah untuk menggambarkan betapa kejamnya
peluru-peluru itu atau apa, tetapi darah yang keluar terlalu mendramatisir,
sehingga tidak terkesan alami.
Dari segi alur
cerita, film ini cukup memuaskan. Hanya saja sedikit kejanggalan ketika Django,
seorang budak, dalam sekejap memiliki kemampuan menembak yang sangat bagus. Ia
juga pandai menunggang kuda. Padahal ia sejak kecil sudah menjadi budak, dan
pada waktu itu tak ada seorang kulit hitam (Negro) yang boleh menunggangi kuda.
Mungkin bisa digambarkan penyebab kemampuan itu, misal karena bakat atau pernah
latian sebelumnya.
Samapi saat ini,
berdasarkan sumber yang saya ambil, dengan prestasi film ini yaitu menang 12
kategori dan sebagai nominasi 21 kategori dari 12 ajang penghargaan, film
Django Unchained kebanyakan menang dalam hal skenario. Karena keterbatasan
sumber, resensator tidak bisa menemukan bagaimana bentuk skenario film ini
sehingga belum bisa memberikan penilaian dalam hal skenario. Dilihat dari
penulisnya, Tarantino bukanlah seorang penulis skenario pemula, sehingga kemampuannya
memang tidak diragukan lagi. Prestasi lain yaitu dalam hal pemain pendukung.
Cristoph Waltz, Leonardo DiCaprio, dan Kerry Washington adalah para aktor dan
aktris yang sudah berpengalaman dalam dunia film. Acting mereka sangat
maksimal. Prestasi lain yaitu dalah hal musik original yang dibuat khusus untuk
menyertai film ini. Dan terakhir, Django Unchained juga berhasil menang sebagai
Top Ten Movies of the Year dalam ajang American Film Institute Awards
2012.
Dengan segala
kelebihan dan kekurangan film ini, Django Unchained tak hanya mendapat respon
positif saja. Di beberapa negara film ini tidak boleh ditayangkan di bioskop.
Salah satunya di Cina, film ini dicekal karena Cina melarang film dengan genre
kekerasan dan ekspolitasi seksual ditayangkan di bioskop. Padahal sebelumnya
Tarantino sudah bekerjasama dengan sineas Cina agar filmnya yang terkenal
dengan ultra kekerasan bisa tayang disana. Tarantino siap mengubah warna darah
menjadi lebih gelap, tetapi Otoritas Cina malah meminta agar suaranya
dihilangkan. Tetap saja pada akhirnya film ini tidak bisa ditayangkan di Cina.
Film ini memang
mengundang kontroversi di beberapa negara. Sosok Django di film ini digambarkan
seorang kulit hitam atau Negro yang membantai habis-habisan kulit putih. Bagi
sebagian golongan, ini adalah bentuk pelecehan terhadap kulit putih.
Seiring ketenaran
Django, bahkan di Indonesia sampai ada film bergenre komedi bertemakan Django
dengan judul 3 Djanggo. Film ini dirilis tahun 1976 dan dimainkan oleh Benyamin
S., Mansyursyah, dan Eddie Gombloh. Tetap saja, sosok Django adalah sang koboi
yang memukau.