28.3.13

Seger-Seger

1 komentar
Yang bikin mata seger nieh ye....




newer post

Filsafat Islam

1 komentar

KORELASI FILSAFAT ISLAM DENGAN FILSAFAT YUNANI[1]
Oleh: Nur Fatimah

I.     PENDAHULUAN
Banyak ditemukan literatur tentang pengertian “Filsafat” yang berasal dari dua kata, yaitu philo dan sophia. Sophia berarti kebijaksanaan dan philo berarti cinta. Jadi, filsafat adalah cinta kebijaksanaan. Berfilsfat berarti mencintai kebijaksanaan. Namun philosphia disini tidak sekedar cinta kebijaksanaan, akan tetapi lebih mendalam dari itu. Sehingga cinta disana disertai dengan usaha-usaha untuk mencapai kebijaksanaan (dalam arti sempit) itu sendiri.
Dilihat dari sisi etimologi diatas, filsafat tentu bukan berasal dari negara Arab, apalagi Indonesia. Filsafat sebagai suatu tradisi, ilmu muncul dan berkembang di Yunani. Sehingga banyak tokoh-tokoh yang berfilsafat, atau yang dikenal dengan filosof, berasal dari Yunani.
Banyaknya tokoh yang muncul seperti Socrates, Aristoteles, Plato, Descrates, dan tokoh lainnya dari zaman ke zaman, menunjukkan betapa pesatnya perkembangan ilmu ini. Sehingga banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya. Termasuk tokoh-tokoh dari kalangan pemeluk agama Islam, atau muslim, sehingga munculah Filsafat Islam.
Meski begitu, sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri, Filsafat Islam tidak berarti jiplakan atau kopian Filsafat Yunani dalam versi Islam. Akan tetapi, keduanya adalah dua hal yang serupa tapi tak sama. Singkatnya, persamaan keduanya sama-sama kegiatan berfikir. Sedangkan salah satu perbedaannya yaitu orientasi keduanya. Filsafat Islam tentu berorientasi untuk Islam, yaitu Alquran.
Berkiblat dari pendapat Plato yang menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli, orang Islam sudah melakukan itu sejak zaman dahulu. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dalam mencari Tuhan. Begitu juga dengan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. yang berusaha menafsirkan dalam pemahaman manusia setiap ia menerima wahyu dari Allah swt.   
Lantas seperti apa korelasi atau keterkaitan antara Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani? Bagaimana Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani? Apakah Filsafat Islam hanya jiplakan dari Filsafat Yunani saja? Semuanya akan dibahas dalam bab selanjutnya.     
II.     PEMBAHASAN
Sekilas tentang Filsafat Islam?
Ciri paling khusus dari Filsafat Islam adalah bahwa secara keseluruhan ia merupakan usaha yang diarahkan untuk mengompromikan antara filsafat dan agama.[2] Menurut Oliver Leaman, corak filsafat Islam itu sangat filosofis dalam arti logis-analitis, terus hidup dan penuh gejolak, tidak sekadar melanjutkan tradisi sebelumnya, akan tetapi juga memperlihatkan terobosan-terobosan kreatif dalam menjawab persoalan-persoalan klasik maupun modern: MuchIslamic philosophy, like much philosophy of any kind, is just the accretion of new technical representaions of existing issues, new traditions of thinking about problems and resolving difficult conceptual issues. (Dalam buku History of Islamic Philosophy, London: Routledge, 1996, hlm. 1-10).[3]   
Sekilas tentang Filsafat Yunani?
Filsafat Yunani dikenal dengan filsafat yang meretas pertama kali. Masa ini diwarnai dengan munculnya tokoh-tokoh terkenal seperti  Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Sejarah filsafat Yunani dimulai sekitar abad ke-6 SM. Zaman ini sering disebut juga sebagai zaman peralihan dari mitos ke logos. Sebelum masa ini, banyak orang yang bercerita tentang alam semesta dan kejadian didalamnya terjadi berkat kuasa gaib dan adikodrati, seperti adanya kuasa para dewa-dewi. Mitos-mitos seperti ini kerap sekali ditemukan di dalam sastra-sastraYunani.
Jangkauan filsafat dalam pemahaman kuno dan pemikiran para filsuf kuno adalah usaha-usaha intelektual. Hal ini jugalah yang menjadi permasalahan-permasalahan yang dipahami dalam filsafat. Filsafat juga mencakup disiplin-disiplin lainnya, seperti matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, astronomi, dan biologi. Aristoteles merupakan salah seorang filsuf yang menuliskan pemahamannya mengenai topik-topik ini.[4]
Bagaimana Korelasi Keduanya?
Sejarah Hubungan Yunani-Islam
Ditilik dari  kacamata  sejarah,  kelahiran ilmu  filsafat  Islam  dilatarbelakangi  oleh
adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam.
Sebenarnya interaksi Islam dengan peradaban Yunani, telah terjadi sejak masa Khulafaur Rashiddin. Namun interaksi tersebut semakin kuat dan tampak jelas pada masa pemerintahan ‘Abbasiyah dan memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada masa-masa setelahnya.
Penaklukkan Iskandariyah, termasuk Syiria dan Persia yang merupakan sentra Hellenisme, membawa Islam untuk bersentuhan dengan peradaban Yunani dan peradaban Timur Tengah lainnya seperti Mesir, Pholenisia, Persia, Yahudi dan Kristen. Persentuhan Islam dengan tradisi Hellenistik ini pada akhirnya mempengaruhi cara dan gaya berfikir kaum muslimin. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyerapan tradisi hellenistik adalah booming terjemahan. Penerjemahan karya-karya berbahasa Suryani dan Yunani ke dalam bahasa Arab terjadi pada abad ke 8 Masehi. Terjemahan karya filsafat pertama dilakukan oleh sastrawan terkemuka saat itu, Abdullah Ibnu al-Muqaffa dan putranya Muhammad, yang mencakup Categories, Hermeneutica, dan Analytica Apriora karya Aristoteles pada masa Khalifah al-Mansur (754-773 M). Setelah itu ada Yahya bin al-Bitriq yang menerjemaahkan karya Plato yang berjudul “Temaeus”. Juga karya Aristoteles seperti “De Anima”, “Book of Animals”, dan “Secret of The Secret”.
Khalifah al-Makmun, mendirikan Bait al-Hikmah sebagai pusat perpustakaan dan terjemahan, sehingga lembaga ini tercatat sebagai institute terbesar sepanjang sejarah penerjemahan karya-karya filsafat dan kedokteran Yunani.
Pasca penerjemahan ilmu-ilmu Yunani ke Arab, maka filsafat Yunani tidak asing lagi dikalangan akademisi muslim. Para teolog muslim mengambil sebagian tradisi filsafat Yunani, yaitu filsafat ketuhanan dan logika Aristoteles sebagai dasar argumen teologi dan alat berdebat. Kemudian para filosof muslim murni seperti al-Kindi, al-Razi, al-FArabi, Ibnu Sina, Ibnu Majah, Ibnu Tufail dan Ibnu Rusyd, mengambil hampir semua tradisi Yunani yang dimodifikasi dengan ajaran Islam.[5]
Dengan adanya penerjemahan ini umat Islam mampu dalam waktu relatif singkat menguasai warisan intelektual dari tiga jenis kebudayaan yang sangat maju pada waktu itu, yakni Yunani, Persia, dan India. 
Muhammad  Taqi  Mishbah  Yazdi  (Hal. 9),  menjelaskan  bahwa seiring meluasnya
wilayah pemerintahan Islam dan membesarnya kecenderungan berbagai kalangan kepada agama, semakin banyak pusat pembelajaran dunia termasuk dalam wilayah Islam. Terdapat pertukaran gagasan baik dalam buku maupun antar sarjana di berbagai perpustakaan dunia dan penerjemahan buku dengan beragam bahasa ke bahasa Arab.hal ini ikut mempercepat laju perkembangan filsafat. Banyak buku-buku filosof Yunani dan Aleksandria dialihkan atau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Awalnya memang banyak kesulitan, karena adanya istilah-istilah teknis yang belum disepakati para penerjemah dan ketidakcocokan asas-asas filsafat Timur dan Barat. Tetapi, seiring berkembangnya waktu banyak muncul filosof-filosof muslim yang memiliki ketekunan tinggi sehingga mampu menyerap keseluruhan pemikiran filsafat zaman itu. Dan penerjemahan itulah yang ikut mendorong pesatnya perkembangan filsafat Islam.
Hubungan Filsafat Islam-Filsafat Yunani
Persamaan antara filsafat dan agama ialah masing-masing merupakan sumber nilai, terutama nilai-nilai etika. Perbedaannya dalam hal ini, nilai-nilai etika filsafat merupakan produk akal, sedangkan nilai-nilai agama dipercayai sebagai ketentuan dari Tuhan. Pada agama budaya sesungguhnya ia masih produk akal juga. Pada agama samawilah baru dapat dikatakan sebagai ketentuan Tuhan, sepanjang dipercayai bahwa agama samawi dibentuk oleh wahyu, sedangkan agama budaya dilahirkan oleh filsafat.[6]
Proses sejarah ketika Yunani mulai masuk di Islam, tidak dapat dielakkan begitu saja bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Para filosof Islam banyak mengambil pemikiran Aristoteles dan mereka banyak tertarik terhadap pemikiran-pemikiran Platinus sehingga banyak teori-teori filosof Yunani diambil.
Kedatangan para filosof Islam yang terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya, berguru kepada filosof Yunani. Akan tetapi berguru tidak berarti mengekor dan mengutip. Spinoza, misalnya, meskipun banyak mengutip Descartes, ia mempunyai mahzab sendiri. Ibnu Sina, meskipun menjadi murid setia Aristoteles, ia mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
Seperti yang dikatakan oleh Oliver Leaman[7] bahwa suatu kesalahan besar jika menganggap bahwa filsafat Islam bermula dari penerjemahan teks-teks Yunani tersebut, atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles. Dikarenakan, pertama, bahwa belajar filsafat atau berguru tidak berarti meniru. Kedua, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa pemikiran rasional telah dahulu mapan dalam masyarakat muslim sebelum kedatangan filsafat Yunani lewat terjemahan. Untuk itu pemikiran rasional-filosofis Islam lahir bukan dari pihak luar melainkan dari Alquran itu sendiri, khususnya dalam kaitannya dengan upaya-upaya untuk menyesuaikan antara ajaran teks dengan realitas kehidupan sehari-hari.
Para filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof lain. Sehingga pengaruh lingkungan terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya, tidaklah dapat dipungkiri bahwa dunia Islam berhasil membentuk filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam itu sendiri.[8]
Dengan demikian, tampak jelas adanya hubungan yang bersifat akomodatif bahwa filsafat Yunani memberi modal dasar dalam pelurusan berpikir yang ditopang sejatinya oleh Al-Qur’an sejak dulu. Secara teologis dapat dikatakan bahwa sumber Al-Qur’an secara azali telah ada maka filsafat Yunani hanya sebagai pembuka, sementara bahan-bahannya sudah ada di dalam Al-Qur’an sebagai desain besar Allah SWT.
Bisa dikatakan bahwa hubungan filsafat Islam dengan filsafat Yunani secara doktrinal memiliki hubungan bahwa Islam memiliki ajaran untuk mencari pengetahuan dan alatnya adalah akal untuk menggali pemikiran yang benar. Begitu pula dalam filsafat Yunani, akal menjadi pusat pemikiran yang begitu bebas, sementara dalam filasafat Islam diberikan kelonggaran meskipun terdapat keketatan dalam penggunaan rasio.[9]
Perbedaan dan Persamaan Filsafat Islam dan Filsafat Yunani
Perbedaan filsafat Yunani dan filsafat Islam, antara lain[10]:
a.    Filsafat yang merupakan sumber pemikiran ilmiah Yunani hanya didasarkan pada hipotesis-hipotesis dan pendapat-pendapat, sedangkan ilmu-ilmu Islam mendasarkan penyelidikan mereka atas dasar pengamatan dan percobaan.
b.    Orang-orang Yunani menganggap bahwa pengetahuan indrawi berkedudukan lebih rendah daripada pengetahuan rasio. Jadi, pengetahuan indrawi kurang dapat diandalkan sehingga mereka tidak mendirikan laboratorium-laboratorium. Ilmuwan-ilmuwan Muslim tetap mengandalkan pemikiran rasional, namun mereka melakukan pembuktian melalui pengamatan dan percobaan. Oleh sebab itu, mereka mendirikan laboratorium-laboratorium.
c.    Orang-orang Yunani hanya berfikir secara deduktif. Kaum muslimin diajari oleh Alquran supaya berfikir induktif dengan perintah dengan memperhatikan alam sekitarnya.
d.   Ilmu-ilmu Yunani hanya sekadar sekumpulan informasi. Ilmu-ilmu kaum Muslimin merupakan keseluruhan pengetahuan yang berdasarkan hukum dan teori.
Persamaan antara filsafat Yunani dan filsafat Islam, antara lain:
a.    Keduanya sama-sama menggunakan filsafat sebagai sarana untuk pengembangan pemikiran rasional.
b.    Keduanya mengembangkan progresif peradabannya melalui kegiatan kajian-kajian ilmiah di Perguruan Tinggi yang terkonsentrasi secara sistematis dan terencana dan mengembangkan sejumlah peradabannya melalui pengembangan sejumlah perpustakaan-perpustakaan.

III.     KESIMPULAN
Jadi, antara filsafat Islam dan filsafat Yunani jelas memiliki keterkaitan. Banyak filosof Islam yang belajar dan berguru pada filosof Yunani. Akan tetapi, dengan adanya sumber, pedoman, landasan, orientasi, lingkungan, dan jalan pemikiran masing-masing, menjadikan antara filsafat Islam dan filsafat Yunani berbeda.
Serupa tak berarti sama. Kebenaran ilmu adalah relatif, sehingga siapa saja boleh mengkritik dan menguji kebenaran tersebut asalkan melalui tata aturan ilmiah yang berlaku. Akan tetapi filsafat Islam adalah benar-benar murni bukan hanya meniru filsafat Yunani. Akan tetapi, antara keduanya memang memiliki keterkaitan.







   
DAFTAR PUSTAKA
Andri Mutaqin. Perbedaan dan Persamaan antara Filsafat Yunani dan Filsafat Islam. Diakses melalui andresangpengusaha.blogspot.com, pada 8 Maret 2013, 12:29 WIB.
 Fu’ad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli. Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam). Jogjakarta: IRCiSoD, 2012.
Harun Nasution. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
A.  Khudori Soleh. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Mohib Asrori. Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani. Diakses melalui http://www.gurutrenggalek.com/2009/12/hubungan-filsafat-Islam-dengan-filsafat.html, pada 8 Maret 2013, 12:31 WIB.
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi. Philosophical Instructions: An Introduction to Contemporary Islamic Philosophy. Diterjemahkan oleh Musa Kazhim  dan Saleh Bagir dengan Judul Buku Daras Filsafat Islam. Bandung: Penerbit Mizan, 2003.
Oliver Leaman. Pengantar Filsafat Islam. Diterjemahkan oleh Amin Abdullah. Jakarta: Rajawali Pres, 1988.
Poernawantana, dkk. Seluk-Beluk Filsafat Islam. Bandung: CV Rosda Bandung, 1988.
Sariono Sby. Filsafat Yunani dan Kebangkitan Filsafat Islam. Diakses melalui http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/filsafat-Yunani-dan-kebangkitan.html, pada 14 Maret 2013, 12:06 WIB.
Syamsuddin Arif. Apa Itu Filsafat Islam?. Diakses melalui http://insistnet.com/index.php?option= com_content&view=article&id=263:apa-itu-filsafat-Islam&catid=3:syamsuddin-arif, pada 17 Maret 2013, 20:12 WIB.
Wikipedia. Filsafat Barat. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Barat, pada 17 Maret 2013, 20:35 WIB.



[1] Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam yang diampu oleh Komarudin, M.Ag., dipresentasikan pada 20 Maret 2013.
[2] Fu’ad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam), (Jogjakarta: IRCiSoD, 2012). Cet.I, Hal.81.
[3] Syamsuddin Arif, Apa Itu Filsafat Islam?, diakses melalui http://insistnet.com/index.php?option= com_content&view=article&id=263:apa-itu-filsafat-Islam&catid=3:syamsuddin-arif, pada 17 Maret 2013, 20:12 WIB.
[4] Wikipedia, Filsafat Barat, diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Barat, pada 17 Maret 2013, 20:35 WIB.
[5] Sariono Sby, Filsafat Yunani dan Kebangkitan Filsafat Islam, diakses melalui http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/filsafat-Yunani-dan-kebangkitan.html, pada 14 Maret 2013, 12:06 WIB.
[6] Andri Mutaqin, Perbedaan dan Persamaan antara Filsafat Yunani dan Filsafat Islam, diakses melalui andresangpengusaha.blogspot.com, pada 8 Maret 2013, 12:29 WIB.
[7] Oliver Leaman, Pengantar Filsafat Islam, diterjemahkan oleh Amin Abdullah, (Jakarta: Rajawali Pres, 1988), Cet.I, Hal.8.
[8] Poernawantana, dkk, Seluk-Beluk Filsafat Islam, (Bandung: CV Rosda Bandung, 1988), Cet.I. Hal.61.
[9] Mohib Asrori, Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani, diakses melalui http://www.gurutrenggalek.com/2009/12/hubungan-filsafat-Islam-dengan-filsafat.html, pada 8 Maret 2013, 12:31 WIB.
[10] Andri Mutaqin, Ibid.





newer post
newer post older post Home